ADI NEWS - Metro ADI (Akademi Da’wah Indonesia)
adalah sebuah perguruan tinggi yang masih bersifat akademi. ADI adalah salah
satu program Dewan Da’wah Provinsi Lampung untuk menciptakan kader-kader da’i
atau generasi penerus yang mengemban risalah ilahi. ADI didirikan pada tahun
2010 dan saat ini baru saja meluluskan mahasiswanya sebanyak lima orang
mahasiswa yang telah menyelesaikan pendidikannya selama dua tahun dan telah
mendapatkan gelar diploma dua (D2). Pada tahun ini akan menyusul sebanyak enam
orang mahasiswa lagi.
Dengan
program pendidikan komunikasi dan penyiaran Islam dari fakultas da’wah yang
sedang berjalan, maka dibuuhkan tenaga pengajar yang berkualitas, terutama
lulusan timur tengah. Karena ADI akanmelahirkan kader-kader Da’i yang
berkualitas pula.
Berikut
adalah profil salah seorang dosen dan juga merupakan figur da’i ilallah lulusan
Universitas Islam Madinah yang diwawancarai oleh ADI News yaitu Ust. Fir’adi
Nashruddin. Pria kelahiran Bangunrejo, 3 September 1973 ini telah aktif sebagai
dosen tetap ADI selama empat semester.
Selain
di ADI, apakah Ustadz juga menjadi dosen dikampus lain atau mengajar di tempat
lainnya?
Iya,
saya juga dosen pengampu mata kuliah fiqih dan ushul fiqh di Fakultas
Ushluhuddin di STID Agus Salim Metro serta di Ma’had Ali. Sebelum pulang ke
Indonesia, saya aktif di kantor Da’wah Islamic Center Riyadh selamasepuluh
tahun, yaitu tahun 2000-2014. Kemudian di Metro ini saya juga melakukan
pembinaan masyarakat. Seperti halnya pengajian bulanan ibu-ibu, pengajian
ranting Muhammadiyah dan Aisyiah. Untuk luar wilayah kota Metro biasanya di
Pekalongan dan Batanghari.
Sebelum
Ustadz ke Madinah, dimana Ustadz menempuh pendidikan?
Oh,riwayat pendidikan. Baiklah. Saya SD
Muhammadiyah SMP dan SMA juga Muhammadiyah di Bangunrejo. Kemudian saya
melanjutkan ke perguruan tinggi LIPIA (Lembaga Ilmu Pengetahuan Islam Arab)
selama empat tahun,mulai tahun 1994 sampai 1998.
Selain
mengajar, apakah Ustadz ada kegiatan lain? Saya pernah mendengar Ustadz juga
menerjemahkan buku.
Iya
benar, diantara buku yang sudahn saya terjemahkan adalah buku Keagungan
AlQuran, Kepribadian Muslimah, dan Riyadhus Shalihin.
Apakah
ada hambatan selama Ustadz melakukan aktifitas Da’wah?
Untuk hambatan, itu adalah sunnatullah, setiap
manusia pasti merasakannya. Adapun yang saya hadapi sejauh ini diibaratkan
seperti air beriak belum mencapai gelombang ataupun badai. Pernah sekali waktu
itu setelah tarawih, karena menyinggung masalah perjudian, ketika saya pulang,
saya sampai dilempari batu. Itu baru sangat kecil cobaannya. Makanya saya
katakan baru riak air, belum ombak bahkan badai.
Kesan
serta pesan dalam aktifitas da’wahnya Ustadz?
Menarik, sangat berbobot, serta sangat
bermanfaat bagi kita semua. Kita juga harus mempersiapkan dengan maksimal dan
pas. Jangan jika kita ingin mejadi da’i, kita malah mempersiapkan lagu seperti
penyanyi. Maka ilmulah yang dibutuhkan dengan maksimal. Dan kita juga harus
meyakini bahwa Allah akan memberikan ganjaran serta bonus buat kita dengan
pahala yang berlimpah serta menjadi penghuni Surga kelak. Amin ya Rabb. (الريان) M. ArRayyan
Posting Komentar